Yogyakarta: Tiga dosen Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta mengklaim telah membuktikan secara ilmiah mitos petani yang percaya suara beberapa hewan membantu memperbaiki hasil panen. Ketiga dosen itu adalah Nur Kadarisman, Agus Purwanto, dan Dadan Rosana.
Nur Kadarisman, koordinator tim riset itu, mengatakan penelitian ini terinspirasi keterangan literatur karya Dan Carlson yang menyebutkan alat elektronik Sonic Bloom yang mengeluarkan suara frekuensi 3000 hingga 5000 Hertz (Hz) bisa meningkatkan produktivitas tanaman petani Amerika.
Mereka mengubungkan dengan kepercayaan petani Bantul yang umumnya percaya suara hewan garengpung sebagai pertanda hasil panen membaik. Mereka pun menganggap bisa jadi kepercayaan petani itu benar secara ilmiah. “Ternyata memang benar, dari riset ini kami ciptakan alat Audio Bio Harmonic dan sedang kami patenkan,” kata dia kepada Tempo, Kamis, 6 Desember 2012.
Tim riset meneliti selama tiga tahun kawan pertanian Dusun Jojogan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah sejak 2010. Kawasan itu merupakan lahan pertanian kentang di sekitar pegunungan Dieng pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 M dpl dan bersuhu rata-rata 15 derajat.
Dalam riset itu, Kadarisman dan rekannya merekam suara garengpung yang memiliki frekuensi 3247 Hz. Lalu, rekaman suara garengpung diekstraksi pada sejumlah frekuensi yakni 3000, 3500, 4000, 4500, 5000 dan 6000 Hz. “Selama riset kami putar rekaman bunyi beragam frekwensi itu di dekat tanaman kentang di Dieng,” kata dia.
Rekaman diputar sejak pukul tujuh hingga sembilan pagi. Efek pemutaran rekaman suara garengpung pada pagi hari ini bisa lebih baik lagi jika dibarengi penyemprotan pupuk daun. Riset itu juga membuktikan rekaman suara garengpung hanya berefek positif saat diperdengarkan ke tanaman kentang pada pagi hari. “Kalau siang hari malah bikin layu, dan jika malam malah tak ada efeknya,” ujar dia.
Dia menambahkan riset itu juga menemukan ada suara hewan lain yang bisa menyuburkan tanaman seperti jangkrik, kinjeng tangis, walang dan hewan lokal Indonesia lainnya. Setiap suara hewan hanya cocok untuk jenis tanaman tertentu seperti garengpung yang cocok untuk tanaman kentang tapi tidak untuk bawang. “Warna suara hewan dan frekwensinya berbeda-beda untuk banyak jenis tanaman, tergantung kelenturan daun. Ini bedanya teknologi ini dengan Sonic Bloom di Amerika,” ujar dia.
Agus Purwanto, anggota tim riset, menerangkan timnya mengujicoba banyak frekuensi suara garengpung pada tanaman. Perbedaan frekwensi terbukti memberi efek berbeda-beda pada tanaman kentang. “Untuk pertumbuhan dan produktivitas terbaik butuh frekuensi berbeda,” ujar dia.
Pertumbuhan tanaman mengalami perkembangan paling bagus jika diberi suara garengpung dengan frekuensi 3000 Hz. Sementara produktivitas tanaman terbaik terjadi dengan pemutaran suara garengpung dengan frekuensi 4500 Hz. “Pertumbuhan lebih cepat dan daun kentang lebih lemas, sedangkan produktivitasnya meningkat 272 persen,” kata Agus.
Posting Komentar