Manajemen Pemakaian Pestisida


Pestisida adalah bahan, produk atau campuran, termasuk bahan aktif dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk mengontrol, mencegah, memusnahkan atau menjauhkan organisme pengganggu tanaman yang merugikan manusia. Pestisida digolongkan berdasarkan sasaran yang dikendalikan, yaitu insektisida (serangga), fungisida (jamur), bakterisida (bakteri), nematisida (nematode/cacing), akarisida (tungau, caplak, laba-laba), rodentisida (tikus), moluskisida (siput telanjang), herbisida (gulma).

Dewasa ini pestisida sangat dirasakan manfaatnya oleh para petani, terutama untuk melindungi tanaman dari kerusakan akibat jasad pengganggu, dan dengan demikian melindungi produksi tanaman. Malah sebagian besar petani, terutama yang mengusahakan tanaman pangan dan sayuran, menganggap pestisida sebagai “dewa penyelamat” bagi usahatani mereka karena menghindarkan kerugian akibat serangan jasad pengganggu. Keyakinan petani tersebut mengakibatkan kecenderungan meningkatnya penggunaan pestisida dari waktu ke waktu.

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan terus-menerus saat ini disadari telah menimbulkan efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia, mencemari lingkungan dan meningkatkan populasi organisme pengganggu tanaman. Aplikasi pestisida tanpa perlindungan yang memadai bagi penggunanya, yaitu dengan menggunakan baju lengan panjang, celana panjang, masker dan lain-lain,secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatan orang yang sering mengaplikasikan pestisida tersebut. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Racun pestisida dapat memasuki tubuh manusia melalui mulut, kulit, mata maupun pernafasan.
Selain bahaya langsung bagi petani yang sering mengaplikasikan pestisida, terdapat bahaya tidak langsung berupa residu pestisida di atas ambang batas yang diperbolehkan bagi kita yang memakan produk pertanian yang disemprot pestisida secara berlebihan. Pestisida bersifat karsinogenik (membentuk jaringan kanker dalam tubuh) dan sebuah publikasi ilmiah menjelaskan, seorang ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh sekaligus cacat mental.

Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu pestisida sintetis sulit terurai, bahkan pada beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan kematian dan bahkan kepunahan spesies tertentu yang bukan organisme sasaran.

Akibat penggunaan pestisida yang mempengaruhi perkembangan populasi hama adalah sebagai berikut :
  1. Resistensi (ketahanan) hama, sehingga pestisida yang sebelumnya efektif untuk mengendalikan hama pada dosis atau konsentrasi yang dianjurkan menjadi tidak efektif lagi, akibat pestisida yang sama digunakan secara kontinyu atau dosis yang tidak tepat.Resurgensi, penggunaan pestisida berspektrum lebar dapat juga meningkatkan populasi serangga sasaran akibat matinya musuh alami, resistensi atau meningkatnya keperidian serangga sehingga terjadi ledakan populasi hama tersebut.
  2. Perubahan status hama, menurunnya populasi hama utama yang dikendalikan oleh pestisida dapat meningkatkan daya kompetisi hama sekunder sehingga lambat laun terjadi pergeseran status hama, dari hama sekunder menjadi hama utama.
  3. Matinya serangga musuh alami akibat aplikasi pestisida yang berlebihan.

Dampak pestisida yang merugikan tersebut dapat diminimalisir dengan menggunakan pestisida secara bijaksana dan tepat dengan menerapkan manajemen pestisida. Manajemen pestisida berfokus pada memaksimalkan bahan kimia sambil meminimalkan dampak yang merugikan. Manajemen pestisida merupakan suatu komponen dari Good Agricultural Practices (GAP) pada produksi sayuran dan buah-buahan. Implementasi GAP dalam manajemen pestisida adalah sebagai berikut : 1) gunakan pestisida yang teregister, 2) baca dan ikuti instruksi label dan 3) praktekkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Penting untuk selalu membaca dan memahami label pestisida untuk memungkinkan penggunaan produk secara tepat. Informasi yang terdapat pada label adalah : informasi produk (bahan aktif dan kategori toksisitas produk), petunjuk penggunaan (tanaman, target OPT, dosis, interval penggunaan pestisida terakhir sebelum panen, kompatibilitas, penyimpanan dan pembuangan serta nomer kontak pada keadaan darurat), penggunaan dan penanganan yang tepat (sebelum pencampuran, selama pencampuran, selama aplikasi dan setelah penyemprotan) serta penyimpanan dan pembuangan wadah bekas pestisida.

Klasifikasi Pestisida
Pestisida berdasarkan tipe formulasi, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
  1. Pestisida yang disemprotkan, biasanya dicampurkan dengan air dan disemprotkan pada tanaman, bisa dalam bentuk : konsentrat yang bisa diemulsikan, konsentrat yang dapat dilarutkan, konsentrat terlarut, tepung yang dapat dilarutkan, formulasi mikro dan lain-lain.
  2. Butiran dan pelet adalah formulasi padat yang biasanya diaplikasikan ke dalam tanah.
  3. Fumigan digunakan dalam bentuk gas.
Klasifikasi pestisida berdasarkan cara kerja yaitu : racun perut yang diabsorbsi pada saluran pencernaan, penetrasi racun kontak langsung ke organisme pengganggu tanaman dan racun sistemik yang ditranslokasikan melalui sistem vaskuler ke bagian-bagian tanaman yang berbeda.
Daya racun merupakan sifat-sifat fisiologis atau biologis yang menentukan kapasitas bahan kimia untuk meracuni atau melukai. Bahaya merujuk pada daya racun yang melekat pada suatu senyawa yang beracun. Kode warna pada kemasan pestisida menunjukkan daya racun pestisida tersebut. Pada bagian dasar label pestisida terdapat pita label pestisida (model lama berupa dot/lingkaran). Pita label diberi warna berdasarkan tingkat daya racun atau klasifikasi bahaya dari pestisida tersebut. Pita coklat atau merah menunjukkan kategori I yaitu pestisida yang sangat beracun (hampir seluruhnya sudah dilarang beredar), pita kuning menunjukkan kategori II yaitu pestisida dengan racun yang moderat, pita biru menunjukkan pestisida kategori III yang agak beracun, sedangkan pita hijau menunjukkan kategori IV yaitu pestisida yang relatif tidak beracun (daya racunnya rendah).

Sebelum pencampuran pestisida, peralatan penyemprotan harus dicek, pastikan sprayer dan nozzle dalam kondisi yang baik, tidak tersumbat atau bocor. Gunakan pakaian pelindung yang lengkap yaitu: baju kerja (baju lengan panjang dan celana panjang), masker/respirator, kacamata, sepatu boot, sarung tangan dan topi (pelindung kepala).

Pada saat pencampuran pestisida pada wadah pencampur, gunakan gelas atau tabung pengukur dalam mengukur formulasi konsentrasi pestisida dan gunakan air bersih untuk mencampur pestisida. Jangan pernah menggunakan tangan kosong untuk mencampur pestisida, gunakan sarung tangan yang tepat pada saat proses pencampuran.

Selama aplikasi pestisida, jangan menyemprot melawan arah angin, ganti kaus dan tutup kepala jika basah karena semprotan pestisida serta jangan gosok wajah atau bagian tubuh lain dengan tangan yang terkontaminasi.

Setelah penyemprotan pestisida, jangan merokok dan makan jika tangan tidak dicuci bersih dengan sabun dan air. Bersihkan peralatan penyemprotan dengan cara membilas larutan pestisida yang masih ada dengan deterjen dan air bersih.Ganti pakaian segera setelah penyemprotan dan jangan gunakan lagi pada hari berikutnya bila belum dicuci dengan air dan deterjen, mencuci baju kerja tersebut harus terpisah dengan baju lainnya.

Menyimpan pestisida harus dalam ruang terkunci, jangan tempatkan pestisida dekat dengan wadah makanan, harus jauh dari api atau barang yang mudah terbakar. Jangan daur ulang botol yang telah digunakan sebagai wadah untuk minyak, cuka, kecap & untuk bahan makan lainnya.Wadah bekas pestisida harus dibuang ke lubang khusus pembuangan pestisida yang jauh dari jangkauan manusia & hewan serta jauh dari sumber air, serta jangan pernah membakar wadah bekas pestisida. Lubang pembuangan wadah pestisida sebaiknya diberi lapisan abu dan serbuk gergaji di bagian bawah maupun di bagian atas wadah bekas pestisida, setelah itu baru ditutup dengan tanah.

Mengatasi Masalah Resistensi Hama
Masalah resistensi hama terhadap pestisida dapat dihindarkan dengan langkah-langkah berikut ini :
  1. Mempraktekan PHT dengan mengaplikasikan metode pengendalian lain, misalnya metode kultur teknis, diantaranya : pemupukan yang tepat, sanitasi, tanaman sela dan pemangkasan (untuk tanaman seperti buah-buahan).
  2. Pilih pestisida yang spesifik dan tidak membunuh organisme yang menguntungkan atau musuh alami.
  3. Gunakan pestisida sesuai dengan dosis dan interval aplikasi yang dianjurkan.
  4. Gunakan peralatan yang tepat dan dipelihara dengan baik untuk mengaplikasikan pestisida.
  5. Gunakan ambang batas ekonomi untuk mulai melakukan pengendalian dengan pestisida.
  6. Lakukan pengendalian hama, jika memungkinkan, pada fase hidup hama yang lemah sehingga lebih mudah dikendalikan.
  7. Gunakan produk secara bergantian dengan produk yang berbeda cara kerjanya.
  8. Jangan mengaplikasikan produk yang sama bila terlihat tidak efektif lagi, namun ubah ke pestisida yang cara kerjanya berbeda.
  9. Campur pestisida yang berbeda kelas atau cara kerjanya dan gunakan pada dosis yang direkomendasikan.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AGAM EXTENSION - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger