Koperasi pertanian (agricultural cooperative) berperan penting mengurangi kemiskinan dan krisis pangan.
Kesimpulan ini terungkap dari laporan Organisasi Pangan Dunia (FAO) yang dirilis bersamaaan dengan perayaan Hari Pangan Dunia (World Food Day) kemarin (16/10).
Laporan berjudul “Agricultural Cooperatives: Key to Feeding The World” menyatakan, saat ini terdapat 925 juta orang yang menderita kelaparan. Sebanyak 70% dari mereka tinggal di wilayah pedesaan dan menggantungkan ekonominya dari industri pertanian.
Koperasi pertanian (agricultural cooperative) menurut FAO, adalah salah satu kunci mengatasi krisis pangan dan mengentaskan kemiskinan, terutama di wilayah pedesaan. Koperasi terbukti berhasil menciptakan lapangan kerja, memberikan sandaran ekonomi bagi mayoritas penduduk dunia.
Tidak hanya di industri pertanian, koperasi (cooperative) juga berkembang ke berbagai sektor pendukung lain termasuk di industri pangan, makanan, layanan kesehatan, pemasaran, asuransi dan simpan pinjam.
Jumlah tenaga kerja yang terserap di koperasi mencapai 100 juta orang – termasuk pekerja koperasi dan mereka yang menyediakan jasa serta produk koperasi.
Jumlah ini 20% lebih tinggi dibanding tenaga kerja yang terserap oleh perusahaan multinasional. Jumlah anggota koperasi diperkirakan telah mencapai 1 miliar di seluruh dunia.
Data tahun 2008 menyebutkan, omzet 300 koperasi terbesar di dunia mencapai US$1,1 triliun – setara dengan ekonomi Kanada, negara peringkat ke-10 dunia dan mendekati ukuran ekonomi Spanyol.
Di Kenya, koperasi menguasai 70% pangsa pasar kopi, 76% pangsa pasar susu, 95% pangsa pasar katun dan 90% pasar bunga pyrethrum – bunga yang dipakai untuk bahan insektisida.
Di Amerika Serikat, koperasi mengontrol 80% produksi susu negara tersebut. Sementara di Kolombia, Federasi Petani Kopi Nasional memiliki anggota hingga 500.000 orang dan membantu produksi dan pemasaran mereka.
Di India, koperasi susu memiliki 12,3 juta anggota (data tahun 2005) dan memasok 22% kebutuhan susu negara tersebut. Sebanyak 60% anggota koperasi di India tidak atau hanya memiliki lahan yang terbatas, dengan 25% anggota koperasi adalah perempuan.
Di Brasil, koperasi menghasilkan 40% Produk Domestik Bruto dari sektor pertanian dan menyumbang 6% dari total ekspor produk pertanian.
Masih banyak contoh sukses peran koperasi pertanian. Di Vietnam, 44% usaha koperasi berasal dari industri pertanian dan di India, 50% koperasi memiliki layanan simpan pinjam dan menyediakan jasa pemasaran, gudang dan jasa-jasa lain bagi produsen yang menjadi anggotanya.
Di Kenya, 924.000 petani memeroleh pendapatan dengan menjadi anggota koperasi. Sementara di Ethiopia jumlahnya mencapai 900.000 petani dan di Mesir angka ini melonjak menjadi 4 juta jiwa.
Menurut Wordwatch Institute, koperasi pertanian adalah bagian dari upaya dan gerakan menciptakan industri pangan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Praktik pertanian ramah lingkungan (agroecological practices) akan membantu memulihkan nutrisi dalam tanah, meningkatkan hasil panen, meningkatkan pendapatan petani serta melestarikan tanaman, hewan dan seluruh ekosistem yang terpengaruh oleh pertanian.
Mengutip data Christensen Fund, praktik pertanian skala industri – termasuk peternakan – akan meningkatkan pencemaran kimia seiring dengan meningkatnya penggunakan pupuk kimia dan pestisida. Praktik distribusi bahan pangan ke seluruh dunia juga menyumbang peningkatan penyakit kronis akibat polusi air dan udara.
Beralih ke praktik pertanian yang berkelanjutan – seperti wana tani (agroforestry), kompos (composting), pelestarian habitat alam liar dan pengembangan pasar serta pasokan pangan lokal – bisa membantu memerkuat ketahanan pangan, melestarikan keanekaragaman hayati serta meningkatkan hasil panen hingga 2-3 kali kali lipat dalam jangka panjang.
Semua upaya ini harus menjadi satu kesatuan aksi mengatasi krisis pangan yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan namun juga melestarikan lingkungan.
Redaksi Hijauku.com
Kesimpulan ini terungkap dari laporan Organisasi Pangan Dunia (FAO) yang dirilis bersamaaan dengan perayaan Hari Pangan Dunia (World Food Day) kemarin (16/10).
Laporan berjudul “Agricultural Cooperatives: Key to Feeding The World” menyatakan, saat ini terdapat 925 juta orang yang menderita kelaparan. Sebanyak 70% dari mereka tinggal di wilayah pedesaan dan menggantungkan ekonominya dari industri pertanian.
Koperasi pertanian (agricultural cooperative) menurut FAO, adalah salah satu kunci mengatasi krisis pangan dan mengentaskan kemiskinan, terutama di wilayah pedesaan. Koperasi terbukti berhasil menciptakan lapangan kerja, memberikan sandaran ekonomi bagi mayoritas penduduk dunia.
Tidak hanya di industri pertanian, koperasi (cooperative) juga berkembang ke berbagai sektor pendukung lain termasuk di industri pangan, makanan, layanan kesehatan, pemasaran, asuransi dan simpan pinjam.
Jumlah tenaga kerja yang terserap di koperasi mencapai 100 juta orang – termasuk pekerja koperasi dan mereka yang menyediakan jasa serta produk koperasi.
Jumlah ini 20% lebih tinggi dibanding tenaga kerja yang terserap oleh perusahaan multinasional. Jumlah anggota koperasi diperkirakan telah mencapai 1 miliar di seluruh dunia.
Data tahun 2008 menyebutkan, omzet 300 koperasi terbesar di dunia mencapai US$1,1 triliun – setara dengan ekonomi Kanada, negara peringkat ke-10 dunia dan mendekati ukuran ekonomi Spanyol.
Di Kenya, koperasi menguasai 70% pangsa pasar kopi, 76% pangsa pasar susu, 95% pangsa pasar katun dan 90% pasar bunga pyrethrum – bunga yang dipakai untuk bahan insektisida.
Di Amerika Serikat, koperasi mengontrol 80% produksi susu negara tersebut. Sementara di Kolombia, Federasi Petani Kopi Nasional memiliki anggota hingga 500.000 orang dan membantu produksi dan pemasaran mereka.
Di India, koperasi susu memiliki 12,3 juta anggota (data tahun 2005) dan memasok 22% kebutuhan susu negara tersebut. Sebanyak 60% anggota koperasi di India tidak atau hanya memiliki lahan yang terbatas, dengan 25% anggota koperasi adalah perempuan.
Di Brasil, koperasi menghasilkan 40% Produk Domestik Bruto dari sektor pertanian dan menyumbang 6% dari total ekspor produk pertanian.
Masih banyak contoh sukses peran koperasi pertanian. Di Vietnam, 44% usaha koperasi berasal dari industri pertanian dan di India, 50% koperasi memiliki layanan simpan pinjam dan menyediakan jasa pemasaran, gudang dan jasa-jasa lain bagi produsen yang menjadi anggotanya.
Di Kenya, 924.000 petani memeroleh pendapatan dengan menjadi anggota koperasi. Sementara di Ethiopia jumlahnya mencapai 900.000 petani dan di Mesir angka ini melonjak menjadi 4 juta jiwa.
Menurut Wordwatch Institute, koperasi pertanian adalah bagian dari upaya dan gerakan menciptakan industri pangan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Praktik pertanian ramah lingkungan (agroecological practices) akan membantu memulihkan nutrisi dalam tanah, meningkatkan hasil panen, meningkatkan pendapatan petani serta melestarikan tanaman, hewan dan seluruh ekosistem yang terpengaruh oleh pertanian.
Mengutip data Christensen Fund, praktik pertanian skala industri – termasuk peternakan – akan meningkatkan pencemaran kimia seiring dengan meningkatnya penggunakan pupuk kimia dan pestisida. Praktik distribusi bahan pangan ke seluruh dunia juga menyumbang peningkatan penyakit kronis akibat polusi air dan udara.
Beralih ke praktik pertanian yang berkelanjutan – seperti wana tani (agroforestry), kompos (composting), pelestarian habitat alam liar dan pengembangan pasar serta pasokan pangan lokal – bisa membantu memerkuat ketahanan pangan, melestarikan keanekaragaman hayati serta meningkatkan hasil panen hingga 2-3 kali kali lipat dalam jangka panjang.
Semua upaya ini harus menjadi satu kesatuan aksi mengatasi krisis pangan yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan namun juga melestarikan lingkungan.
Redaksi Hijauku.com
Posting Komentar